Selasa, 27 Maret 2012

Ringkasan Buku Atau Ikhtisar

Judul              : Murphy’s Law (Hukum Murphy)
Pengarang      : Richard Robinson
Penerbit         : Rahat Books
Tahun terbit    : 2008

Bab 1
membahas bagaimana indera-indera kita dapat memungut kepingan-kepingan jigsaw mental. Mata melakukannya dengan cara membuang 99% informasi yang dia terima, dan selebihnya dikerjakan oleh otak. Telinga melakukannya dengan cara memilih suara-suara yang ingin kita dengarkan, dan berusaha mengabaikan selebihnya. Kulit, dalam keadaan normal, membuang derau acak yang diterimanya sebagai sentuhan kecil dan ringan serta informasi-informasi lain yang dianggapnya kurang penting. Namun terkadang kita juga terlalu menyadari derau-derau acak tersebut dan berfantasi bahwa ada seekor serangga kecil yang merayap di tubuh kita. Lidah dan hidung memiliki saluran tersendiri yang langsung terhubung dengan amigdala, pusat rasa takut otak. Ada satu indra lagi yang sering terkucilkan dari Panca Indra, yaitu Propriosepsi. Kemampuan berjalan, berlari dabn berdiri tegak bergantung pada pengetahuan ini, dan pesan-pesan semacam itu dikirimkan dari seluruh tubuh ke bagian otak bernama otak kecil.

Bab 2
membahas tentang pengukuran. Bagi manusia purba, ketepatan bukanlah tujuan utama, tidak sama dengan kita sekarang, yang menghitung sampai satuan millimeter. Sekedar tahu, istilah terbaru untuk menghadapi dunia yang gila ketepatan ukuran ini adalah attodetik, yaitu satuan sepersatumiliar detik. Namun, walau kita hidup dan bertumbuh di dunia yang gila ketepatan ukuran ini, tetap saja, pada kenyataannya, kita sering terkecoh oleh ilusi optik yang merupakan pelanggan bandel dalam hidup kita.

Bab 3
berisi tentang ingatan. Kita manusia sangat tergantung pada ingatan kita untuk menebak apa yang sedang kita lihat, atau dengar, atau rasakan, atau alami, namun ingatan kita bisa saja salah, dan kita akan celaka. Seperti pada cerita Roadrunner, yang mengira cahaya yang ia lihat dalam sebuah terowongan panjang adalah ujung terowongan tersebut, mati terlindas kereta yang lewat karena cahaya tersebut sebenarnya adalah cahaya dari kereta api itu sendiri.

Bab 4
berbicara tentang membuat koneksi. Dalam membuat koneksi atau menyusun gambar dari potongan-potongan jigsaw  mental kita, sering sekali terjadi kesalahan. Namun, alih-alih kita mengoreksi kesalahan itu, kita malah menjejalkannya dan memaksa potongan jigsaw itu masuk.
Kesalahan-kesalahan  tersebut sering berupa kesalahan yang naïf, contohnya, jika kita melihat 2 hal bersamaan, kita akan menganggap salah satunya sebagai penyebab dari yang lain. Dengan kata lain kita sebagai manusia selalu menginginkan jawaban yang sederhana, kita cenderung memaksa potongan jigsaw yang salah masuk ke tempat yang salah.

Bab 5
berisi tentang emosi. Emosi sangatlah penting bagi kehidupan kita, dan kehidupan tanpa emosi adalah mustahil, sama seperti kehidupan tanpa aroma dan suara. Antonio Damasio bercerita tentang seorang pasien tumor otak ganas yang menjalani operasi tumor. Pasien itu bernama Elliot. Ia memang sembuh, dan ingatannya tetap utuh. Ia bisa melakukan apa saja, namun operasi tadi menyebabkan kerusakan hubungan antara amigdala dan  frontal lobes sehingga ia sulit sekali memutuskan sesuatu, dan bisa menghabiskan sepanjang hari hanya untuk berusaha memutuskan sesuatu yang amat sederhana.

Bab 6
berjudul ‘Pandangan Umum’. Bab ini dimulai dengan struktur otak yang sederhana, yaitu saraf-saraf cermin. Saraf cermin membuat kita mengernyit saat melihat orang lain disuntik, atau membuat kita menangis saat menonton adegan sedih, atau membuat kita merasa sedih saat teman kita sedang sedih. Dengan demikian, saraf cermin bisa juga disebut sebagai empati. Saraf cermin nantinya akan menciptakan meme, yang membuat kita mampu berbudaya. Meme sendiri artinya adalah sifat-sifat yang dipelajari atau unit-unit kebudayaan. Contohnya, pada kehidupan sekarang, istilah-istilah seperti ‘so what gitu lho…’ dan ‘apa banget’.


Bab 7
adalah ‘Serba Pintar’. Dalam dunia ini, banyak sekali kekusutan yang sering terjadi. Dalam buku Hukum Murphy, terdapat penjelasan;
1. Kita tidak yakin dengan apa yang kita lihat
2. Keputusasaan dalam mengukur benda-benda yang kita lihat
3. Ingatan membingungkan yang kita miliki
4. Kita menggunakan ingatan membingungkan itu untuk mengambil kesimpulan

Bab 8
Sains Murni dan Matematika. Bab ini berisi tentang masih banyaknya sisi gelap dalam dunia ini, dan masih banya pencerahan yang harus dilakukan. Dulu, selama lebih dari 2000 tahun manusia mempercayai hukum Aristoteles, yang mengatakan bahwa dunia ini terdiri atas 4 unsur, api dari langit, tanah dari bumi, dan lain-lain. Tidak ada yang percaya pada hokum Newton, Einstein dan Copernicus yang seharusnya lebih benar. Makin banyak sains murni yang menjelaskan keanehan dunia, makin berkurang kehidupan yang terasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar